Rabu, 09 Desember 2015

Curug Cigangsa

Tujuan kita kali ini langsung menuju Curug Cigangsa yang letaknya masih tidak terlalu jauh dari Curug cikaso. Agak susah untuk menemui Curug Cigangsa ini karena tidak banyak papan petunjuk menuju Curug Cigangsa. Kami pun harus sering-sering bertanya kewarga sekitar. Selain itu lokasinya yang tersembunyi menambah keindahan Curug Cigangsa ini.

Curug Cigangsa
Nama lain Curug Cigangsa adalah Curug Luhur. Curug ini terdiri dari tiga tingkat dan diperkirakan terbentuk akibat gempa yang cukup kuat sehingga mengakibatkan longsor. Curug ini memiliki debit air yang kecil, hal ini dikarenakan di bagian hulunya dibendung untuk keperluan irigasi. Keunikan Curug Cigangsa adalah dinding batunya berwarna kehitaman sebagai landasan air mengalir. Disekitar lokasi ini terdapat sebuah batu. Batu ini oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan batu Masigit, atau Batu Masjid, barangkali karena bentuknya. Di Curug Cigangsa ini pengunjung dapat menikmati keindahan curug dari dua arah, yaitu dari atas dan bawah.

Nama Gangsa ini diambil dari nama orang Eyang Gangsa.
Selain itu juga tempat ini semasa penjajahan Belanda kerap kali dijadikan tempat persembunyian para pejuang. 


Tebing yang ada di bawah air terjun
Dari samping kita akan melihat pemandangan seperti ini 
We are temanjalan_id Holic



Terletak di Dusun Batusuhunan, Desa Surade, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabu, Propinsi Jawa Barat
Berjarak sekitar 110 Km kearah selatan kota Sukabum atau 1 km dari kecamatan Surade. Jika dari Curug Cikaso sekitar hanya 10 km dengan memakan waktu sekitar ± 30 menit dengan berjalan kaki. 
Curug Cigangsa dapat ditempuh melalui pertigaan tugu kota Surade. Untuk sampai ke lokasi, tidak ada tanda arah sama sekali.  Kendaraan berhenti dan diparkir di salah satu rumah warga.  Tiket masuk kecurug cigangsa ini hanya Rp 3.000/ orang loh, dan biaya parkir untuk satu kendaraan bermobil hanya Rp 12.000/kendaraan.
Kita harus berjalan menuruni tebing untuk sampai dibawah air terjun

Selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah menuju lokasi curug dengan waktu tempuh sekitar 10 menit sampai di bagian atas Curug Cigangsa.  Bila ingin menikmati keindahannya dari bawah tebing harus menuruni lereng yang cukup curam dengan kondisi jalan yang licin dan becek.  Waktu yang dibutuhkan untuk turun ke bawah sekitar 20 menit. setelah sampai di bawah Curug Cigangsa seketika itu pula rasa capek pun hilang karena pemandangan alam yang sangat indah dan menyejukan mata. waktu kami tidak banyak langsung saja ketika puas untuk berfoto-foto kami langsung bergegas karena masih ada satu tujuan kami selanjutnya yaitu pantai ujung genteng. 

sumber : http://indahfajarwatii.blogspot.co.id/2015/01/curug-cigangsa-sukabumi.html

Curug Citumang

Citumang Pangandaran
Citumang Pangandaran
Obyek wisata alam Citumang merupakan obyek wisata yang memiliki daya tarik khusus, yaitu sungai Citumang yang mengalir membelah hutan jati dengan airnya yang bening kebiruan. Tepian sungai yang terdiri dari ornamen batu-batu padas dengan relung dalam dihiasi relief alam dan aliran sungai yang menembus ke dalam goa. Keheningan alam akan Anda jumpai disini. Musik alami berupa gemercik air sungai, bisikan angin sepoi yang menyelinap di antara pepohonan dan suara satwahutan yang tak pernah sepi. Obyek wisata ini terletak di Desa Bojong Kecamatan Parigi Ciamis, berjarang lebihJalan menuju lokasi kurang 15 km dari Pangandaran ke arah barat. Atau sekitar 4 km dari jalan raya Pangandaran - Cijulang. Jarak seluruhnya dari kota Ciamis sekitar 95 km.

CitumangDapat dicapai dengan kendaraan umum jurusan Cijulang, dilanjutkan dengan kendaraan ojeg, disambung dengan jalan kaki menelusuri tepi sungai dan kebun pendudukan sepanjang 500 meter.

Sisi lain CitumangSetelah melewati pintu masuk, kurang lebih 300 meter perjalanan yang harus Anda tempuh menuju titik tujuan. Sambil berjalan menuruh lokasi, perlu Anda ketahui bahwa nama Citumang berasal dari legenda tentang seekor buaya buntung, Si Tumang. Begitu kuatnya kepercayaan penduduk akan kehadirna buaya buntung tersebut sehingga sampai sekarang meninggalkan nama yang melekat kuat menjadi nama sungai. Versi lain kisah Citumang, berasal dari Cai (Bhs. Sunda = air) yang numpang (cai numpang) yang berkaitan dengan adalah air sungai yang mengalir di bawah tanah. Kata cai numpang ini seiringAir yang bening menanti Andaperjalanan waktu lama-lama berubah menjadi Citumang.

Ketika Anda jumpai sungai yang rimbun dengan pohon di tiap sisinya, lanjutkan perjalanan Anda agak ke hulu, karena di sanalah bening dan sejuknya air dapat segera Anda nikmati.Tibalah kita di tempat tujuan. Aliran air yang mengalir menanti Anda untuk segera turun menikmati bening dan sejuknya air.

Pada kedalaman tertentu Anda dapat menikmatinya dengan mandi dan berenang. Lima ratus meter dari lokasi pamandian ke arah hulu, dijumpai pesona alam berupa aliran sungai Citumang yang masuk ke dalam perut bumi dan keluar lagi di arah hilir. Aliran sungai yang masuk ke dalam goa ini diberi nama Goa Taringgul yang kemudian diberikan nama baru sebagai Sanghyang Tikoro (Batara Tenggorokan).

Menikmati Citumang, tidak sekedar mandi dan berenang seperti yang selama ini banyak dilakukan wisatawan asing, tapi dapat AndaAir keluar dari Sanghyang Tikorolakukan kegiatan lainnya seperti: menikmati suasana sepanjang sungai, petualangan ke dalam goa dan menikmati privacy di tengah alam yang asli, sejuk dan eksotis.Citumang

Tips Ketika Berkunjung ke Citumah

Sekedar kontribusi mengenai salah satu tempat yang asik buat Hunting Foto di Pantai Selatan Jawa Barat. Adalah Citumang nama desa kecil yang terletak disebelah barat laut desa Pangandaran Kabupaten Ciamis. Bagi anda yang punya GPS, masukan koordinat ini untuk membimbing anda menuju lokasi Citumang, S 07˚ 38.674� E 108˚ 32.090�.

Rencanakan perjalanan anda 3H/2M agar acara hunting anda optimal dan tidak terlalu melelahkan. Waktu terbaik untuk menuju lokasi ini adalah musim kemarau, pada musim hujan biasanya langit selalu mendung, juga perjalanan ke lokasi yang basah dan licin.

Di Hari Pertama, arahkan kendaraan anda menuju ke Pangandaran yang tentu saja sudah tak asing lagi bagi anda. Berbagai jenis akomodasi bertebaran di saentero Pangandaran, saya rasa anda tidak akan kesulitan untuk mencari akomodasi ditempat ini.

Hari kedua, Berangkatlah pagi hari setelah sarapan pagi, jangan lupa bawa perbekalan untuk makan siang, karena di Citumang tidak ada Restaurant. Belilah juga air minum secukupnya, karena tidak ada warung di lokasi. Arahkan kendaraan anda kearah timur keluar kota Pangandaran menuju arah Parigi. Sekitar 15 km dari Pangandaran anda akan menjumpai petunjuk jalan kearah kanan yang menunjukan jalan ke Parigi. Harap diingat !, pelankan laju kendaraan anda setelah melewati SPBU, karena tanda penunjuk jalan dan jalan masuknya cukup kecil.

Memasuki jalan kecil menuju ke Citumang, anda bisa mencari objek-objek landscape dan human interest. Hamparan sawah, sungai, hutan, semuanya kumplit ada disini. Mau bikin foto refleksi air wah juga bisa, namun harus menunggu waktu sampai agak senja. Jalan kecil ini panjangnya kurang lebih 15 km, ditempuh kurang lebih 1 jam karena ada sebagian ruas jalannya agak buruk. Meskipun jalan ini agak buruk, kendaraan jenis Sedan masih bisa masuk meski agak riskan.

Setibanya di ujung jalan (buntu), parkirkan kendaraan anda, laporlah pada masyarakat setempat, berjalanlah kearah jembatan, bila anda belum pernah ke lokasi air terjun, sewa lah seorang guide untuk mengantarkan anda ke lokasi. Guide biasanya dibayar sukarela, tergantung kerelaan anda. Jarak jalan setapak dari lokasi parkir ke curug citumang kurang lebih 800m jalan kaki. Anda akan melintasi ladang, bukit2 kecil, untuk mencapai lokasi. Setibanya di airterjun, anda bisa renang, lompat indah dari akar-akar pohon yang tumbuh di langit-langit goa setinggi 5 meter. Air disini sangatlah segar, hati-hati batu-batunya agak licin. Setelah puas menikmati pemandangan citumang, jangan lupa lewat pantai barat bulak laut untuk mengabadikan sunset di pantai tsb.

Hari ketiga, Sempatkan makan di pasar ikan Pangandaran untuk hidangan seafood yang murah meriah sebelum pulang kembali ke kota anda.

sumber:  http://www.mypangandaran.com/wisata/detail/10/citumang-pangandaran.html

Tebing Citatah

Tebing Citatah merupakan sebuah kawasan tebing yang terletak di kawasan Citatah di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di 5 km Padalarang. Bila memasuki kota Bandung dari Cianjur, Bogor, Jakarta yang melewati Puncak atau Jonggol akan melewati kawasan ini. Dengan morphologi kawasan yang berbukit dan terbentuk sebagian besar dari kapur, sehingga Citatah terlihat berbeda dengan bukit – bukit pada umumnya. Citatah pernah menjadi bahan perbincangan di berbagai media lokal dan nasional, setelah KRBC ( Kelompok Riset Cekungan Bandung ) melakukan kajian terhadap kawasan ini. Sebagian penemuan KRBC yang fenomenal yaitu ditemukannya situs purba di Gua Pawon pada 9 Desember 2000 yang untuk pertama kalinya di Goa Pawon, Pasir Pawon, Kars Citatah, antara lain berupa alat–alat batu dan tulang, gerabah, sisa tulang, dan gigi binatang.[1]
Citatah adalah daerah pertambangan kapur yang sangat produktif. Pertambangan ini sudah berlangsung sejak pertengahan abad ke–19 dan terus berlangsung hingga kini. Tentu saja, dulu belum seaktif sekarang yang sudah menggunakan alat canggih dan dinamit untuk meledakkan bagian bukit yang mengandung gamping yang berdampak buruk terhadap kawasan Citatah sendiri. Citatah memiliki tiga tebing yaitu Tebing Citatah 48, Tebing Citatah 90 dan Tebing Citatah 125.

Tebing Citatah 48

Tebing Citatah 48 terletak di Jl. Pamucatan Raya, Bandung, Jawa Barat. Tebing ini merupakan tebing yang berada di bawah pengawasan Kopassus, sehingga apabila akan melakukan pemanjatan diperlukan ijin kepada Kopassus terlebih dahulu. Tebing ini memiliki ketinggian sekitar 40–50 meter sehingga di sebut tebing Citatah 48. Tebing ini memiliki nama resmi Gunung Manik tapi lebih sering disebut Citatah 48. Tebing ini memiliki jenis Batuan Karst atau kapur. Tebing ini memiliki sekitar 25 jalur pemanjatan dengan kesulitan yang berbeda.[2]
Tebing Citatah 48 memiliki ciri khas yang membedakan dengan tebing lainnya yaitu dengan terdapatnya sebuah tugu berbentuk pisau belati yang menancap tepat berada di puncak tebing. Tugu Pisau belati raksasa ini menjadi ciri khas yang sangat mencolok.[3] Untuk memakai tempat ini harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Pusat Pendidikan Latihan Pasukan Khusus atau Pusdipassus yang berada di Batu Jajar, Bandung Barat. Surat izin kegiatan harus diajukan jauh hari sebelumnya, kurang lebih sekitar 1 bulan karena akan melalui proses yang lama.[4] untuk ke Tebing Citatah 48, diperlukan perjalanan kurang lebih 15 menit dari Tebing Citatah 125.[5]

Tebing Citatah 90

Tebing Citatah 90 juga terletak di daerah Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Tebing ini memiliki jenis batuan karst atau kapur dengan ketinggian sekitar 90 meter dari permukaan tanah. Seperti tebing Citatah – 125 dan Citatah – 48, Tebing ini terletak di daerah sekitar pabrik penambangan batu karst. Tebing Citatah 90 memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibanding Tebing yang lain. Tebing yang memiliki nama resmi Gunung Pabeasa ini memiliki sekitar 4 – 5 jalur pemanjatan yang biasa dipakai[6] dan Tebing Citatah 90 memiliki permukaan yang cenderung rapuh[7]

Tebing Citatah 125

Tebing Citatah 125 terletak pada Gunung kapur yang tertinggi di daerah Citatah, yaitu Gunung Singgalang, yang memiliki ketinggian tebing 125 meter sehingga disebut Tebing Citatah 125. Kawasan Tebing Citatah 125 ini menjadi pusat pendidikan untuk sekolah panjat tebing yang ada di Bandung[8] maupun Jabodetabek. Lokasinya sangat mudah dijangkau, karena terletak tidak jauh dari jalan raya Bandung – Cianjur. Secara administrasi, tebing ini tepatnya berlokasi di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Sama seperti tebing lainnya di kawasan ini yang penamaannya diikuti dengan angka di belakangnya.[9]
Tebing Citatah 125 merupakan tebing dari Batuan Andesit dan Batuan Marmer, tingkat kesulitan dapat terbagi berdasar kelasnya, mulai dari tingkat normal sampai yang tersulit. Jalur pemanjatan banyak tesedia, sehingga bagi para pemanjat tinggal memilih jalur pemanjatan yang akan digunakannya, ada Jalur Hanoman dan Jalur Elang, kedua jalur ini memiliki karakteristik yang berbeda. Tebing Citatah 125 sering dijadikan tempat untuk latihan dari berbagai kalangan, mulai dari yang pemula sampai professional.[10] Tebing ini adalah tempat paling populer dibanding batuan tegak lain yang ada di kawasan Citatah karena karakteristik jalur pemanjatan tebing ini sangat beragam, sehingga sangat cocok untuk kegiatan pendidikan pengenalan panjat tebing.

Akses ke Lokasi

Untuk menuju ke lokasi Tebing Citatah yang terletak di daerah Padalarang, Bandung, tepatnya berada di belakang pabrik Multi Marmer Alam. Waktu yang tempuh dari jalan raya menuju tebing kurang lebih 6 menit. Apabila ditempuh dengan berjalan kaki, untuk pengguna mobil dapat memarkirkan mobilnya di dekat tebing. Di sekitar tebing banyak terdapat kebun pertanian penduduk setempat.
Bagi mereka yang hendak bermain menggunakan transportasi umum untuk ke Tebing Citatah, dari Jakarta dapat menggunakan dua jalur perjalanan, baik dari Ciawi ataupun dari Tol Cipularang yang baru dibangun. Biaya yang dikeluarkan untuk menuju lokasi cukup dengan membayar Rp. 20.000 – Rp. 25.000 perorang dari Terminal Kampung Rambutan yang melalui arah Ciawi, turun di depan Pabrik Multi Marmer Alam, dan dari arah Tol Cipularang cukup membayar Rp. 25.000 bisa naik dari Terminal Kampung Rambutan atau dari UKI. Namun, apabila naik dari UKI harus ditanyakan terlebih dahulu ke kernet bus, apakah nanti akan keluar tol Padalarang, karena kalau tidak akan lebih jauh lagi turunnya. Setelah keluar Tol Padalarang dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota yang menuju Raja Mandala turun di Pabrik Multi Marmer Alam cukup mambayar Rp. 2.000 – Rp. 2.500 perorang. Selama perjalanan, kita akan disuguhkan pemandangan yang indah baik yang melalui arah Ciawi atau pun dari Arah Tol Cipularang.[11]

 

sumber:  https://id.wikipedia.org/wiki/Tebing_Citatah

Kawah Putih

Kawah Putih adalah tempat wisata di Bandung yang paling terkenal. Berlokasi di Ciwidey, Jawa Barat, kurang lebih sekitar 50 KM arah selatan kota Bandung, Kawah Putih adalah sebuah danau yang terbentuk akibat dari letusan Gunung Patuha. Sesuai dengan namanya, tanah yang ada di kawasan ini berwarna putih akibat dari pencampuran unsur belerang. Selain tanahnya yang berwarna putih, air danau kawasan Kawah Putih juga mempunyai warna yang putih kehijauan dan dapat berubah warna sesuai dengan kadar belerang yang terkandung, suhu, dan cuaca.
Kawah Putih Ciwidey berada di kawasan pegunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, suhu udara di kawasan Kawah Putih tentu saja dingin dengan suhu 8 derajat Celsius sampai dengan 22 derajat Celsius, oleh karena itu jangan lupa membawa jaket atau memakai pakaian yang tebal.
Selain untuk dinikmati keindahannya oleh para wisatawan, Kawah Putih Ciwidey juga sering kali menjadi tempat kegiatan lain, misalnya pengambilan gambar film, melukis, foto pengantin, sampai dengan kegiatan mendaki dan berkuda.

Sejarah Kawah Putih

Kawah Putih
Kawah Putih
Cerita mengenai Kawah Putih bermula pada abad ke 10 di mana terjadi sebuah letusan hebat oleh Gunung Patuha. Setelah letusan ini, banyak orang beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati.
Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan mengenai angkernya tempat ini mulai pudar, sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli botani dengan kebangsaan Jerman datang ke kawasan ini untuk melakukan penelitian. Peneliti yang bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn tersebut sangat tertarik dengan kawasan pegunungan sunyi yang bahkan tidak ada burung yang terbang di atasnya sehingga ia berkeliling desa untuk mencari informasi. Pada saat itu, seluruh informasi yang ia dapatkan adalah bahwa kasawan tersebut angker dan dihuni oleh mahluk halus.
Bagi Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, pernyataan masyarakat setempat tersebut tidaklah masuk akal. Karena tidak percaya dengan cerita-cerita tersebut, ia pergi ke dalam hutan rimba untuk mencari tahu apa yang ada di sana. Singkat cerita, akhirnya Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berhasil mencapai puncak gunung, dan dari sana ia melihat keberadaan sebuah danau indah berwarna putih dengan bau belerang yang menyengat.
Sejak itu, keberadaan Kawah Putih Ciwidey menjadi terkenal dan mulai dari tahun 1987 pemerintah mengembangkan kawasan ini sebagai tempat wisata yang menawarkan pengalaman unik melihat danau yang dapat berubah warna.

Cara ke Kawah Putih

Kawah Putih Ciwidey
Kawah Putih Ciwidey
Kawah Putih yang beralamat di Jalan Raya Soreang Ciwidey KM 25 berlokasi tidak jauh dari tempat wisata Situ Patenggang dan dapat dicapai dengan mudah bila Anda membawa kendaraan pribadi karena terdapat banyak penunjuk jalan. Dari Jakarta, Anda hanya perlu menggunakan jalur tol Cipularang dan keluar melalui pintu tol Kopo. Dari sana Anda harus menuju ke Soreang dan berkendara ke bagian selatan Ciwidey.

sumber:  http://anekatempatwisata.com/wisata-bandung-kawah-putih-ciwidey/

Wisata Gua Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek

Sanghyang atau sangiang merupakan sebutan buat sungai dan gua yang dianggap suci untuk daerah setempat di sekitaran danau Saguling. Shangyang Tikoro berasal dari dua kata. Sanghyang artinya dewa. Tikoro dalam bahasa sunda adalah tenggorokan. Tenggorokan dewa yang dimaksud adalah Gua yang beraliran sungai bawah tanah. Gua Sanghyang Tikoro berbentuk goa karts setinggi sekitar 2,5 m dengan lebar sekitar 10 meter. Untuk sampai kesini, wargi bandung harus ke Bandung Bagian Barat. Lokasinya terletak diantara kecamatan rajamandala dan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Sanghyang tikoro bersebelahan dengan PLTA Saguling sekitar 17km dari pusat bendungan dan ada diwilayah turbin terakhir.
sanghyang poek 4

Asal muasal Sanghyang Tikoro ada beberapa versi. Menurut ilmiah, sanghyang tikoro terbentuk akibat meletusnya Gunung Sunda. Letusannya yang besar membuat seluruh gunung hancur. Letusannya membuat lubang-lubang lekukan dan lahar panasnya menyebabkan sungai di daerah Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar dingin. Lahar dingin itu lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang dulu disebut Talaga Bandung. Sedangkan tanah di Padalarang dan Cililin mengandung kapur. Sedikit demi sedikit terkikis dan membentuk lubang aliran yang disebut sanghyang tikoro.
sanghyang tikoro 3
Belum banyak wisatawan yang dateng kesini karna memang agak tersembunyi. Belum ada petunjuk khusus untuk bisa sampai ke tempat ini. Untuk patokan, setelha belok ke pintu gerbang waduk saguling dari jalan raya Bandung-Cianjur sekitar satu kilometer. Wargi Bandung bakal akan menemukan papan bertuliskan “Power House”. Wargi Bandung ikuti arah kanan dan akan menemukan bangunan besar pembangkit listrik yang Power House tadi. Sanghyang tikoro tepat berada disebelah Power House.
sanghyang tikoro 4
Welcome to Sanghyang Tikoro! Cuma disini Wargi Bandung bisa merasakan melihat langsung sungai bawah tanah Sanghyang Tikoro. Disini wargi bandung bisa menikmati aliran sungai. Aliran sungai disini akan bermuara ke “Gua Misteri”. Gak pernah ada yang tau pasti, aliran sungai yang masuk ke “Gua Misteri” ini arahnya kemana. Mitosnya, kalau Wargi Bandung memasukan barang apapun bahkan sebatang lidi kedalam aliran sungai, maka bakal terdengar rintihan. Tapi mungkin mitos ini mengandung makna supaya manusia jangan membuang apapun kesungai bahkan sebatang lidi pun. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan nenek moyang kita ya Wargi Bandung. Percaya atau engga dengan mitosnya. Wargi Bandung dateng sendiri kesini ya!
Satu lagi wisata gua yang wajib dikunjungi setelah Sanghyang Tikoro, Wargi Bandung wajib ke Sanghyang Poek. Dibelakang Sanghyang Tikoro ada gua artistik yang dinamai Sanghyang Poek. Untuk sampai ke Sanghyang poek dari sanghyang tikoro cuma sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki. Gak akan ada arah penunjuk disini untuk bisa sampai ke Sanghyang Tikoro. Wargi Bandung Cuma harus menyusuri sungai dengan arah berlawanan dengan aliran sungai.
sanghyang poek 2
Wargi bandung pertama akan menemukan Pipa raksasa. Ditemani aliran sungai yang semakin lama semakin tenang dan akan banyak batu yang ditemukan. Airnya juga lebihi jernih disbanding sanghyang tikoro. Hal ini dikarenakan aliran sungai Sanghyang Tikoro telah bercampur air buangan dari Power House. Setelah sekitar 1km berjalan kaki menyisiri sungai, Wargi Bandung akan menemukan Gua. Gua ini memiliki ukuran landscape miring atau diagonal. Jadi Wargi Bandung harus bermiring ria kalau masuk ke gua ini. Setelah masuk ke mulut gua, akan ada 3 lorong, lorong yang berada di tengah lah nantinya menuju Sanghyang Poek. Bila Wargi Bandung masuk kedalam, Wargi Bandung bisa merasakan tetesan air langsung dari dinding gua dan basah oleh genangan air ditambah sensasi gelap didalam gua. Diujung gua yang gelap, Wargi Bandung akan melihatsumber cahaya dimana waktu wargi bandung keluar mulut gua akan ketemu ujunggua yang landscape.
sanghyang poek 4
Perjuangannya emang agak sulit untuk sampai kesini. Tapi buat kamu yang suka tantangan? Wajib rasakan nikmati memasuki lorong gua yang relative sempit, gelap dan rasakan sensasi keluar menuju sumber cahaya dan berakhir pada sungai yang jernih berdampingan dengan batu-batuan yang cukup banyak. Gemericik air yang jernih ditambah udara sejuk dan yang pasti masih terjaga sekali kealamiannya karna belum terjamah oleh banyak wisatawan. Udah tau kan weekend ini mau travelling kemana? Yuk coba wisata gua disini!

sumber:  http://www.infobdg.com/v2/wisata-gua-sanghyang-tikoro-dan-sanghyang-poek/

Sanghyang Heuleut, Primadona Baru Wisata Bandung Barat

Sanghyang Heuleut, Primadona Baru Wisata Bandung Barat
Sejumlah wisatawan berfoto di bawah air terjun Curug Cinulang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, 26 Juli 2015. Ribuan wisatawan dari berbagai daerah berkunjung ke curug dengan air terjun kembar saat menikmati akhir libur lebaran. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Objek wisata alam Sanghyang Heuleut kian banyak diminati oleh wisatawan lokal, suasana yang asri dan sejuk ditambah dengan keunikan batuan besar diantara aliran sungai berwarna hijau, menabah pesona keindahan sejauh mata memandang. Terletak di Kecamatan Rajamandala Kabupaten Bandung Barat, lokasi ini dapat ditempuh dengan waktu 2 jam dari pusat kota Bandung.

"Sebenarnya dari dulu lokasi ini sudah ada, tapi tidak banyak yang datang. Hanya warga setempat saja, batu sekitar 2 bulan ini ramai karena ada pengunjung yang memposting fotonya di Instagram, baru banyak yang penasaran," ujar Hedi salah seorang porter Sanghyang Heuleut, jumat 6 November 2015

Banyaknya pengunjung membuat warga setempat membuka jasa antar atau porter menuju lokasi, perjalanan yang melewati hutan, perbukitan dan juga sungai tak jarang membuat para pengunjung tersesat jika tidak teliti dengan jalan yang dipilih.

Semua pengunjung dianjurkan menggunakan jasa porter yang ada, dengan membayar Rp 15 ribu untuk setiap pengunjung, para porter akan memandu perjalanan dengan rute yang sudah aman dan lebih mudah. Dengan berjalan kaki selama 45 menit maka sampailah kita dilokasi yang dituju.

"Jalannya sudah pake yang enak, tidak susah, jadi untuk yang tidak terlalu suka hiking pun bisa melewatinya. Kalo lewat jalan lain resikonya agak besar, lewat sungai kan licin takutnya da yang terpeleset atau gimana kalau tidak sama porter gak ada yang bisa nolong," ujar Hedi

Bebatuan besar dengan air berwarna hijau diantara tebing memang memanjakan sejauh mata memandang. Para pengunjung juga bisa menjajal adrenalin dengan melompat bebas dan terjung kesungai yang memiliki kedalaman 5 hingga 8 meter. Untuk pengunjung yang hanya ingin bermain air bisa menjajal di sela-sela bebatuan yang mengalirkan air.

"Baru pertama kali dan tempatnya keren banget, berasa bukan di Jawa Barat deh pokonya. Perjalanannya emang capek tapi kebayar deh dengan keindahan yang ada di depan mata" ujar Via Tri, salah satu pengunjung wisata

Selain Sanghyang Heuleut, kita juga dapat menikmati keindahan Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Rute memutar saat kembali menuju tempat parkir memang lebih lama, namun pengunjung bisa mendatangi semua objek wisata yang tersedia. "Pulangnya lumayan jauh, kalo pergi mungkin sekitar sejam, pulangnya sejm setengah ada sih, dan nanjak banget. Tapi keren juga soalnya kita ke sanghyang lainnya juga. Sekalian pulang sekalian ketempat baru," ujar Prima

sumber:  http://travel.tempo.co/read/news/2015/11/07/204716731/sanghyang-heuleut-primadona-baru-wisata-bandung-barat

Jumat, 20 November 2015

Gunung Puntang

Kali ini kita meninjau wisata ke Gunung Puntang, sebuah tempat wisata di Bandung Selatan. Gunung Puntang ini menjadi salah satu gunung bersejarah di Bandung, karena ada petilasan loji Belanda, Goa Belanda sekaligus dulu merupakan basis stasiun pemancar radio colonial yang menyebarkan berita ke seluruh dunia.
Lokasi Gunung Puntang ini sekarang menjadi base camp perkemahan sehingga sering digunakan oleh pelajar dan mahasiswa mengadakan camping disana.
Tentang pemandangannya, ouw jangan tanya, indah banget, kita bisa lihat gigiran tebing gunung puntang yang indah berselimut kabut. Oiya, cuaca dingin dan sering disaput kabut di sini.
Untuk mencapai gunung Puntang, yang  paling popular dari Bandung menuju arah Banjaran. He he he, biasanya cukup macet jalur ini.
Setelah sampai di Banjaran, sekitar 10 km dari Bandung Kota, perjalan dilanjutkan kea rah Pangalengan, sekitar 5 km dari arah Banjaran, ada plang yang menunjukkan arah wisata Gunung Puntang.
Kita mengambil arah kiri dari jalan Banjaran-Pangalengan di km +/- 5 km menuju arah Gunung Puntang. Jalan menuju arah gunung Puntang sudah aspal halus, dan berkelok-kelok.
Sembari menuju arah gunung Puntang, sesekali berhenti untuk melihat keindahan kota Bandung yang aduhai. Kalau malam, sungguh indah temaram malamnya dihiasi lampu kota.
Berikutnya perjalanan kita teruskan, kurang lebih 7.5 km dari pertigaan tadi kita akan masuk area wisata Gunung Puntang, dengan membayar di pos penjagaan, kurang lebih 15-20 ribu jika bawa mobil, kita bisa masuk ke area wisata.
Disitu tertera wisata apa saja yang akan kita nikmati, mulai dari goa belanda, sungai, perkemahan sampai curug/air terjun.
Untuk masuk ke bumi perkemahan, kita harus masuk lagi sekitar 1 km melalui jalur menuju perkemahan. Baru setelah masuk bumi perkemahan, kita akan melihat tebing gunung Puntang yang curam dan aduhai. Kalau pas beruntung kita dapat view yang sangat bersih, tapi kadang sering berselimut kabut.
Kita bisa rehat di bumi perkemahan, sambil menikmati mie hangat atau kopi hangat. Selain itu kita bisa jalan-jalan seputar bumi perkemahan dan menyusuri sungai atau goa belanda.
Menikmati alam gunung Puntang yang hijau dan dingin, rasanya bisa menghilangkan stress dan kembali bugar. Kalau bawa sepatu, bisa juga jogging track di lokasi yang indah ini sambil sesekali melirik gunung Puntang nan indah.
Selamat menikmati keindahan Gunung Puntang dengan segelas bandrek khas Bandung. Sore itu menjelang maghrib, kami turun ke Bandung sambil menikmati temaram malam kota Bandung yang syahdu.
Perkiraan Jarak :
Bandung – Banjaran (10 km)
Banjaran – Puntang (7 km)







sumber :  http://www.wisatakebandung.com/2012/10/wisata-ke-gunung-puntang-bandung.html

Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda

Bandung lagi-lagi jadi pilihan yang pas untuk menghabiskan akhir pekan guys. Kali ini saya mau ajak kalian ke daerah Dago. Di daerah Dago ternyata banyak tempat-tempat yang seru dan bisa kita kunjungi, salah satunya adalah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan sebuah kawasan konservasi yang ada di Bandung guys letaknya dari daerah Dago Pakar sampai ke daerah Lembang dan Maribaya. Panjang banget kan? Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini memiliki luas sekitar 526,98 hektar.
Di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda kita bisa merasakan sejuk dan tenangnya alam Bandung guys. Nah, buat yang merindukan suasana bebas polusi, coba aja datang ke sini. Selain dikelilingi oleh pepohonan pinus, di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda juga ada beberapa spot-spot menarik, seperti area bermain, goa, sampai air terjun dan bisa dibilang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini adalah tempat yang komplit buat liburan. Spot-spot menarik yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda antara lain Curug Dago, Batu Prasasti Kerajaan Thailand, Panggung Terbuka, Kolam PLTA Bangkok, Monumen Ir. H. Djuanda, Museum Mini Taman Hutan Raya, Taman Bermain, Goa Jepang, Goa Belanda, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya, Panorama Alam Taman Hutan Raya, jogging Track ke Maribaya, dan Patahan Lembang.
Saking luasnya, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda bisa diakses melalui beberapa pintu masuk guys yaitu bisa dari pintu masuk utama yang ada di Dago Pakar, pintu masuk Kolam Pakar yang ada di PLN Ciburial, dan pintu masuk Maribaya yang ada di Lembang. Nah, buat yang mau menikmati Curug Omas, Curug Lalay, Curug Dago, dan Patahan Lembang bisa lewat pintu masuk yang ada di Lembang. Dari pintu masuk ini kita cukup berjalan kaki kurang lebih sekitar 800 meter untuk sampai ke Curug Omas. Tapi, kalau ingin berkunjung ke spot Goa Jepang atau Goa Belanda bisa lewat pintu masuk yang ada di Dago Pakar. Dari pintu masuk ini untuk bisa sampai ke Goa Jepang cukup berjalan kaki karena letak Goanya yang tidak terlalu Jauh. Selain itu, kalau melalui pintu masuk yang ada Dago Pakar kita juga bisa menikmati area taman bermain dan Monumen Ir. H. Djuanda.
Berhubung saya ajak kalian di daerah Dago, jadi kita masuk Taman Ir. H. Djuanda dari pintu masuk yang ada di Dago Pakar. Tiket masuk ke Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda Rp 10.000 per orang. Murah banget kan? Dan dengan harga segitu kita sudah bisa menikmati udara sejuk serta spot-spot keren yang ada di dalamnya. Pertama kali masuk Taman Hutan Raya ir. H. Djuanda dari pintu masuk Dago pakar kita akan langsung ketemu dengan area pepohonan pinus. Di sini adeeem banget guys dan kita bisa santai-santai sejenak. Setelah puas santai di area pepohonan pinus, kita jalan lagi dan masuk ke area taman bermain dan area Monumen Ir. H. Djuanda. Di sini kita bisa melihat monumen dari Ir. H. Djuanda dan lagi-lagi area ini cocok untuk santai-santai. Suasananya sejuk banget guys. Selanjutnya kita jalan ke arah area Goa jepang. Untuk bisa sampai ke Goa Jepang kita hanya menuruni beberapa anak tangga dan jalan kaki tidak terlalu jauh.
Goa jepang yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan satu dari puluhan Goa jepang yang tersebar di seluruh Indonesia guys. Goa Jepang ini dibuat pada tahun 1942-1945 oleh para orang-orang Indonesia yang menjadi Romusha Jepang pada saat itu. Goa ini dulunya dimanfaatkan oleh Jepang untuk tempat penyimpanan amunisi, logistik, dan komunikasi radio pada masa perang dulu. Goa jepang di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda memiliki empat pintu yang di dalamnya terdapat empat kamar yang dulunya dipakai oleh para panglima tentara Jepang untuk beristirahat. Karena Goa Jepang selalu dirawat, Goa ini jauh dari kesan mistik guys. Nah, dari area komplek Goa jepang, kita bisa lanjut lagi ke area Goa Belanda, Curug Omas Maribaya, Panorama Alam Taman Hutan Raya, dan Patahan Lembang. Tapi, kita harus sewa motor guys buat sampai ke sana. Sewa motor di sini Rp 100.000 dan menurut saya ini agak mahal sih. Tapi, kalau kamu masih tetap mau lanjut coba aja tawar dan harganya bisa kita dapat lebih murah kalau kita jago nawarnya. Sebenarnya jalan kaki juga bisa, tapi lumayan jauuuuuh dan kurang lebih bisa menghabiskan waktu sekitar dua jam. Buat yang kuat jalan, bisa dicoba ya.
tahura10
foto: dokumen pribadi
tahura11
Area monumen H. Ir. Djuanda (foto: dokumen pribadi)
tahura8
Area Goa Jepang (foto: dokumen pribadi)
tahura6
tahura7
Nah, buat yang mau menikmati suasana sejuk dan bebas polusi coba aja berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda jadi paket komplit buat yang wisata alam murah meriah, karena selain mendapatkan udara yang sejuk kamu juga bisa mengunjungi kawasan goa dan curug di satu tempat yang harus bayar lagi. Oh iya, kalau yang mau berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini saya sarankan harus datang pagi ya supaya bisa menikmati semua spot-spot ada di sana. Happy traveling. Mari Jalan! :))

sumber :  https://kartikariani.wordpress.com/2015/02/06/taman-hutan-raya-ir-h-djuanda-wisata-alam-komplit-di-bandung/

Situ Cisanti

Sangat banyak pilihan alternatif destinasi wisata alam di Bandung. Mulai dari wisata outbound, geowisata (wisata bumi) hingga wisata buatan yang sengaja dibuat oleh tangan manusia. Kota Bandung memang tak diragukan untuk masalah wisata alam tersebut. Di pinggiran Bandung pun seakan tak mau kalah dan terus mempromosikan wisata alam unggulan mereka. Salah satunya nih di kawasan Kabupaten Bandung terdapat sebuah situ (danau dalam bahasa sunda) yang unik dan cantik. Tak salah dengan keunikan dari danau ini kini di sosial media seperti Instagram dan Path banyak tersebar foto mengenai situ/danau ini.
Kamu mungkin sudah sering mengenal mengenai Situ Patengan/Situ Patenggang dari Ciwidey Kabupaten Bandung. Tapi mungkin diantara kamu belum banyak yang tahu mengenai situ/danau yang satu ini. Tempatnya cukup jauh dari pusat kota dan terletak di dalam hutan. Dan hal ini pula yang menjadikan situ/danau ini tetap terjaga keindahannya.
Yang membuatnya unik adalah bahwa situ/danau ini merupakan hulu dari Sungai Citarum dan merupakan saksi sejarah karena situ ini adalah sebuah patilasan dari Dipatiukur. Nama situ itu adalah SITU CISANTI..
Situ Cisanti
Situ Cisanti
Situ Cisanti adalah sebuah danau yang terletak di tengah hutan eucaliptus dan situ ini terletak cukup tinggi dari permukaan laut. Banyak yang bilang bahwa Situ Cisanti bagaikan sebuah “nadi Jawa Barat” karena Situ Cisanti inilah yang menjadi hulu dari Sungai Citarum, sungai terbesar dan terlebar di Jawa Barat yang memiliki panjang sekitar 269 Km dan membelah 12 Kabupaten dan kota.
Situ Cisanti_006
Situ Cisanti_006
Situ Cisanti ini terletak di kaki Gunung Wayang yang kini masuk dalam area Perum Perhutani. Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. Situ Cisanti ini merupakan sebuah petilasan (tempat persinggahan) dari Dipatiukur, yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17. Dipatiukur memimpin pasukan untuk menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628. Disebutkan bahwa kekalahan Dipatiukur disebabkan oleh adanya pengkhianatan dari pemimpin masyarakat Sunda lain, sehingga akhirnya Dipatiukur dan pengikutnya mudah dikalahkan.
Menurut kabar, Bujangga Manik, putra Raja Padjajaran, pada abad ke-5 pernah mengunjungi Situ Cisanti ini pada perjalanannya mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali dengan berjalan kaki seorang diri.
Tak hanya menyimpan sejarah dan manfaat bagi warga Jawa Barat. Situ Cisanti ini sangat eksotik dan menarik untuk dikunjungi, terlebih lagi bagi kamu yang sering hunting ke tempat yang unik dan ga mainstream. Di Situ Cisanti ini terdapat beberapa spot yang unik dan cocok buat foto-foto dan bernarsis ria dan keren juga buat di unggah di sosial media seperti Path atau Instagram guys. Ga percaya? Nih liat aja foto saya saat berkunjung kesana. Hihii..
Situ Cisanti_002
Situ Cisanti_007
Lokasi/Alamat Situ Cisanti
Situ Cisanti_005
Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang sekitar 60 kilometer sebelah selatan Kota Bandung dan dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua atau roda empat sekitar 2-3 jam. Situ Cisanti berlokasi di Kampung Pejaten Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.
Untuk mencapai lokasi bisa diakses melalui dua cara. Pertama melalui kawasan Pangalengan dengan sebelumnya menyusuri perkebunan teh Malabar. Sebenarnya dengan melewati kawasan Pangalengan ini bisa terbilang lebih dekat dengan jalan yang tidak terlalu menanjak, namun jalanan dengan rute ini cukup sulit, sepi, rusak dan lebih mudah tersesat karena kurangnya plang jalan khusus.
Rute kedua adalah melalui Bandung – Ciwastra – Ciparay – Pacet – Cibeureum dan selanjutnya Kertasari. Bisa dibilang melalui rute kedua ini jalanan akan sedikit menanjak dan berputar, namun jalanan pada rute kedua ini lebih baik dan mulus dibandingkan dengan rute pertama.
Fasilitas Situ Cisanti
Bisa dibilang Situ Cisanti ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap mulai dari toilet, mushola hingga penginapan/cottage kayu yang bisa dipakai untuk menginap dan menikmati malam di tengah hutan Situ Cisanti. Di kawasan Situ Cisanti ini juga kamu bisa berkemah dengan teman-teman yang menyukai alam terbuka guys.
Bisa dibilang Situ Cisanti ini merupakan pertemuan dari 7 mata air yang ada disana. Diantaranya adalah mata air Cikahuripan (Pangsiraman), mata air Cihaniwung, mata air Mastaka Citarum, mata air Cisadane, mata air Cikoleberes, mata air Cikawedukan dan terakhir mata air Cisanti.
Dari ketujuh mata air yang ada di Situ Cisanti, yang paling populer adalah mata air Pangsiraman. Mata air Pangsiraman ini dikelilingi oleh pagar besi dan terdapat bangunan bagi mereka yang ingin melakukan “ziarah” di kawasan ini. Untuk bisa masuk ke lokasi ini kamu tak bisa sendiri karena dijaga oleh seorang juru kunci yang sesekali ada disana.
Di kawasan mata air Pangsiraman ini air kebiruan dan sangat jernih. Disini kamu tak bisa sembarang mandi di mata air ini karena ada sebuah tatakrama yang harus dilakukan sebelumnya.
Di lokasi ini terdapat dua bagian, yaitu bagian untuk laki-laki dan perempuan. Biasanya hal ini berlaku di malam-malam yang dianggap baik untuk melakukan ziarah, seperti pada kamis malam dan hal ini akan semakin ramai dikunjungi pada waktu terang bulan di bulan Maulud.
Di tempat itu kadang-kadang sering hadir seorang juru kunci yang siap menolong untuk “memandikan” kamu layaknya melakukan sebuah siraman nikahan dimana seluruh tubuh akan dibasahi oleh air guyuran dari mata air tersebut. Menurut salah satu juru kunci Pangsiraman, tujuan orang berziarah ke tempat ini bermacam-macam, tetapi paling banyak dari mereka adalah untuk mendapatkan ketenangan hati, awet muda, enteng jodoh, kekayaaan hingga jabatan.
Jika tak ingin “mandi”, kamu boleh kok untuk sekedar mencuci muka atau sedikit main air di tempat ini. Dan yang paling penting di tempat ini sangat cocok buat foto-foto narsis guys karena tempatnya yang unik dan ga mainstream. Hahaa.. :D
Tiket Masuk Situ Cisanti
Untuk dapat menikmati semua keindahan dari Situ Cisanti ini kamu hanya perlu merogoh kocek sekitar 7500 rupiah/orang. Dan uang parkir kendaraan 2rb rupiah/motor dan 5rb rupiah/mobil. Gimana murah meriah kan wisata alam di Situ Cisanti? Yuk datang kesana guys!
Nahh guys itu dia review mengenai wisata alam Situ Cisanti. Yuk jalan-jalan kesana dan satu pesan saat kesana jangan buang sampah sembarangan agar alam ini tetap indah dan dapat kita nikmati untuk keberlangsungan hidup anak cucu kita nanti.

sumber: https://ridwanderful.wordpress.com/2014/10/27/situ-cisanti-danau-eksotik-awal-mula-sungai-citarum/

Kamis, 19 November 2015

Bukit Bintang Moko Bandung

Bukit Bintang Moko, merupakan salah satu tempat wisata alam di Bandung, lokasinya sama persis dengan Bukit Moko Caringin Tilu (cartil) yang sudah banyak di kenal para traveler. Makanya namanya bisa Bukit Bintang Moko. Dan kenapa dinamai Bukit Bintang, karena di atas ada Bintang Besar. Lokasi ini resmi dibuka sekitar akhir kwartal ke tiga tahun 2014.Puncak nya berada di ketinggian 1417m Dpl. Bukit Bintang ini merupakan bagian dari lempengan Gunung Tangkuban Perahu.
Akses jalan kesini bisa di bilang cukup bagus, bisa di lalui kendaraan roda 2 maupun 4. Bagi yang mau kesini disarankan menggunakan kendaraan pribadi, minimal motor, karena untuk ke puncak tidak ada jalur transportasi umum. Paling top yah Ojek ^_^. Harga negolah..
Patokannya untuk kesini kalau dari arah Jakarta, keluar di Tol Pasteur, lurus aja naik fly over suropati, lurus lagi arah terminal Cicaheum, nanti sebelum terminal belok kiri jalan arah padasuka atau juga cimenyan. Atau bisa nanya Angklung Udjo yang terkenal, rata-rata masyarakat bandung tau Angklung Udjo. Dari angklung udjo, lurus aja ke atas, lewat bukit Cartil. Motor atau mobil bisa parkir di atas. Dari parkiran ke puncak, sekitar 100-150m nanjak.
Untuk biaya masuk akan dikenakan Rp. 10.000/orang. Best viewnya kalau cerah pasti dan malam, bisa lihat cahaya lampu kota bandung. Sayang waktu kesini tiba-tiba mendung dan lagi musim kemarau yang panjang, jadi beberapa spot kelihatan gersang. Infonya tempat wisata ini tutup jam 19.00 WIB.
Selamat berpetualang.
sumber:https://jorfijeckiphotography.wordpress.com/2015/10/28/bukit-bintang-moko-bandung/

Caringin Tilu (Cartil)

Caringin Tilu, tempat wisata alam yang masih cukup asing di telinga warga Bandung ini berada di kawasan Kampung Cisayur Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Arahnya dari Terminal Cicaheum Bandung belok kiri ke Jalan Padasuka dari arah Bandung kota. Untuk sampai di Caringin Tilu yang jaraknya sekitar 5 km dari Cicaheum kuncinya hanya satu, ikuti saja alur jalan yang berkelok dan menanjak, maka sekitar 20 menit kemudian sampailah kita di puncak tertinggi di Kecamatan Cimenyan itu.
Cartil begitulah tempat ini biasa disebut, berasal dari singkatan Caringin Tilu. Cartil dibuka menjadi tempat wisata mulai tahun 2002 itu memiliki keindahan alam yang masih sangat asli. Awal dibuka sebagai obyek wisata, hanya terdapat tiga orang penjual makanan. Namun, kini semakin ramai dengan berdirinya 25 saung dengan berbagai varian makanan yang disediakan.
Nama Caringin Tilu (dalam Bahasa Sunda) berarti tiga beringin diambil dari keberadaan tiga pohon beringin di daerah ini. Tiga pohon dengan umur ratusan tahun kini hanya tersisa satu pohon, karena satu pohon tumbang, dan satu pohon lagi mati kering. Untuk melestarikan keidentikan nama tempat ini dengan keberadaan pohon beringin maka warga masyarakat di sekitar Cartil menanam dua pohon beringin sebagai pohon pengganti.
Di atas tempat ini ada makam leluhur yang diyakini keramat oleh warga sekitar. Selain itu mitos berkembang lagi dengan adanya kejadian yang dihubungkan dengan kematian dua pohon beringin atau caringin saat kekalahan salah satu partai yang berlambangkan beringin pada pemilihan umum.
Daratan tinggi Cartil yang memiliki keindahan alam sangat alami ini, akan membawa kita pada rasa nyaman dan damai melihat harmonisasi alam yang terhampar luas di depan mata kita. Ciptaan Allah berupa keindahan alam dapat kita lihat telanjang menyampaikan pesan kepada kita untuk tetap menjaga kelestariannya. Kita dapat mengamati kota Bandung yang terletak di bawah daratan Cartil dengan sangat leluasa. Pemandangan kota Bandung di malam hari dilihat dari Cartil laksana lautan hitam yang bertebaran beribu bintang berasal dari ribuan lampu penduduk.
sumber : http://www.tiket.com/attractions/indonesia/jawa-barat/hotel-dekat-caringin-tilu

Rabu, 18 November 2015

Test

Nama : Firdha Amelia Putri

Puncak Ciumbuleuit (Punclut)

Puncak Ciumbuleuit Utara (Punclut), kawasan tertingi terdekat berjarak 7 kilometer dari pusat Kota Bandung atau 3 kilometer dari kawasan belanja cihampelas menjadi salah satu daerah wisata favorit kaum urban di setiap akhir pekan.
Setiap hari Sabtu dan Minggu, daerah ini selalu dipenuhi pengunjung baik lokal maupun Ibu Kota yang ingin menghabiskan waktunya berjalan-jalan. Banyaknya pengunjung yang datang, karena udara disekitaranya masih sangat segar, bahkan kita masih bisa menikmati halimun atau kabut serta pemandangan Kota Bandung dengan leluasa.
Para ahli kerap menyebut Bandung sebagai mangkuk geografis, karena letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan. Layaknya berdiri di tepi mangkuk raksasa bila berada di kawasan Punclut ini, kita dapat melihat dengan bebas pemandangan Kota Bandung. Menatap ke arah selatan
Selain dapat menikmati pemandangan dengan bebas, wisata kuliner di sepanjang jalan kawasan ini banyak berdiri. Warung-warung dengan jajanan khas Bandung seperti ketan bakar, tutut, bandrek sampai makanan khas Sunda juga terdapat di kawasan ini.
Makanan yang tersedia beraneka ragam, mulai dari nasi merah, nasi bakar, ikan asin jambal, sampai ayam goreng juga ada dan tentunya lalapan dengan sambal terasi tersedia yang jarang ditemukan di kota-kota besar. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau atau bahkan bisa dibilang murah meriah, sehingga banyak pengunjung yang selalu datang ke kawasan tersebut.
Udara malam yang sejuk, wisata kuliner yang tersedia, serta pemandangan kerlap-kerlip lampu Kota Bandung yang indah terlihat dari ketinggian, menambah suasana menjadi romantis bagi pengunjung, terutama pasangan muda-mudi yang datang untukmenikmati pesonanya. Sehngga tidak jarang pula banyak pengunjung datang kembali ke kawasan tersebut. 
sumber: http://korantransaksi.com/daya-tarik-punclut-bandung-di-malam-hari/

Rabu, 11 November 2015

Curug Cikaso

Mengunjungi sebuah air terjun merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan alam. Di Sukabumi ada banyak curug atau air terjun yang bisa Anda kunjungi salah satunya ialah Curug Cikaso. Curug ini memiliki panorama yang tak terlukiskan kata-kata. Namun sayang karena posisinya terhalang oleh lembah sehingga diperlukan perjuangan yang ekstra untuk mencapai curug ini. Curug Cikaso sendiri berada di Cibitung, Kecamatan Surade Sukabumi.


air terjun curug cikaso sukabumi

Nama aslinya sebenarnya Curug Luhur namun karena curug ini airnya berasal dari anak Sungai Cikaso maka kemudian banyak orang yang menyebutnya dengan Curug Cikaso. Air terjun ini terbilang unik karena lebarnya mencapai 100 meter sedangkan ketinggiannya hanya 30 meter. Keseluruhan curug ini memiliki tiga saluran air yang kesemuanya mengalir ke sebuah kolam penampungan tepat berada dibawanya. Dua aliran curugnya nampak secara jelas sedangkan yang satunya lagi agak terhalang oleh tebing. Warna air di kolam penampungannya biru kehijauan yang dipengaruhi oleh ganggang yang ada dibawahnya.

Ketiga aliran air terjun yang ada disini memiliki nama masing-masing yakni Curug Asepan di sebelah kirinya, Curug Meong yang ada di tengahnya dan Curug Aki di bagian kanannya. Ketiga curug tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Keindahan dan kesejukan suasana di sekelilingnya akan membuat setiap orang betah berlama-lama disini.

Foto Wisatawan di Curug Cikaso
Fasilitas yang ada di Curug Cikaso
Di sekitar area wisata yang satu sudah terdapat fasilitas penunjang mulai dari warung makanan, kios-kios cindera mata, toilet serta parkiran.
Harga Tiket masuk Curug Cikaso Sukabumi terbilang sangat murah meriah bisa dijangkau oleh semua kalangan.
  • Kendaraan Mobil Rp 27.000,- per mobil + uang parkir Rp 6.000.000,-
  • Pejalan Kaki Rp 3.000,- per orang
  • Kebersihan Rp 2.000,-/ orang
Sewa lainnya
  • Sewaan Perahu Rp 60.000,- / perahu kapasitas 10 penumpang (alternatif bisa jalan kaki alias gratis)
  • Toilet Rp.2.000,- untuk sekali pakai

Peta Lokasi Curug Cikaso
Alamat lengkap Curug Cikaso berada di Kampung Ciniti, Desa Cibitung, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat - Indonesia. Terletak pada koordinat GPS 7° 21' 40.13" S 106° 37' 3.88" E

Rute / Petunjuk Jalan Menuju Curug Cikaso
Lokasinya berjarak sekitar 30 kilometer jika ditempuh dari Ujunggenteng sekitr satu jam lebih dikit, sedangkan dari Jampang Kulon berjarak 15 kilometer dan 8 kilometer dari Surade atau setara dengan 20 menit perjalanan dengan kendaraan.
Jika anda datang dari arah sukabumi ikutilah arah jalan yang menuju Ujung Genteng, rute tersebut akan melewati bebeapa tempat, persisnya seperti ini (Sukabumi - Jampang Kulon - Surade - Ujung Genteng). Dsisinilah letak Curug Cikaso yaitu posisinya di kiri jalan sebelum memasuki kawasan Surade persisnya di pertigaan (simpang tiga) jalan Cikaso. Disinilah tempat parkir kendaraan wisatawan. Untuk menuju lokasi dilanjutkan dengan berjaln kaki melewati pematang sawah atau menyusuri sungai dengan menggunakan perahu atau sampan sewaan khusus untuk para pengunjung.

Perahu menuju Curug Cikaso Sukabumi

Curug ini akan terlihat sangat keren jika di kunjungi saat debit air besar. Kemudian perjalan akan terasa lebih menyenangkan saat Anda meleati sungai cikaso dengan menggunakan perahu atau sampan yang disewakan untuk anda para para pengunjung..

sumber :  http://www.tempatwisatadijawabarat.com/2014/11/air-terjun-curug-cikaso-sukabumi.html

Sabtu, 07 November 2015

JayaGiri

Tempat wisata Alam di bandung yang populer bernama Jayagiri adalah salah satu andalan pariwisata kabupaten Bandung Barat yang menonjolkan sisi daya tarik wisata alam yang sangat terkenal eksotis dengan sensasi wisata hutan Pinus yang masih lebat,padat dan sudah tentu memiliki suhu udara berhawa sangat sejuk.
jayagiri
rute hiking di kawasan wisata jayagiri lembang

Jayagiri Lembang

Tempat Wisata alam di Bandung Jayagiri Lembang , adalah sebuah kawasan wisata hutan alami yang sangat luas dan masih asri dengan luas kawasan yang mencapai hingga 7 hektar dengan ketinggian dataran tinggi mencapai hingga 1.250 sampai 1.500 meter di atas permukaan air laut dan tepat berada di lokasi kawasan wisata Lembang,Bandung Barat.
Tempat Wisata Alam Bandung Jayagiri sebenarnya adalah nama sebuah desa yang merupakan penghubung atau rute jalan menuju Gunung Tangkuban perahu,dan biasa digunakan para Hikers ( penghobby Hiking ) sebagai salah satu akses menuju ke Gunung Tangkuban Perahu,yang mana hikers akan Melewati jalur perkebunan penduduk,bukit dan hutan yang sangat menantang khas Lembang Bandung barat yang asri dan berudara cukup sejuk ini.
Tempat Wisata Alam di Bandung Barat Jayagiri sangat cocok buat anda pecinta alam atau gemar dengan Hiking dan Camping,dan bisa dikatakan Jayagiri sebagai tempat wisata di bandung Lembang yang memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa,dimana hutan kawasan ini masih lebat,padat,asri dan rindang dan kawasan hutan nya sendiri didominasi oleh pohon pinus,puspa dan pohon besar lainnya.

Akses Lokasi Tempat Wisata Alam Di Bandung Jayagiri :

Tempat wisata alam di Bandung yang murah dan menarik Jayagiri bisa anda datangi dengan cara menggunakan angkutan umum berupa angkot dengan jurusan Ciroyom-Lembang atau menggunakan angkutan umum dengan trayek Stasiun Hall Bandung-Lembang dengan turun di jalan raya Lembang.Ada satu hal menarik,sebelum kita memasuki gerbang wisata alam jayagiri,kita bisa mampir terlebih dahulu ke salah satu taman yang bernama Taman Junghun,yang merupakan taman yang dibuat untuk didedikasikan kepada seorang warga belanda yang bernama Dr.Frans Wilhelm Junghuhn yang berjasa dalam pembudidayaan tanaman kina di Indonesia khususnya Bandung.

Tiket Masuk Ke Jayagiri

Untuk memasuki tempat wisata yang menarik di lembang bandung ini,anda cukup mambayar Rp.5000 rupiah untuk tiketing  hiking/atau pendakian PP,dan cukup bayar Rp.8000 rupiah apabila anda sekaligus berencana untuk melakukan camping.Harga tiket tempat wisata di bandung yang murah ini bisa dikatakan spesial,karenaselain anda bisa secara bebas menikmati keindahan serta keasrian hutan yang didominasi hutan pinus ini,besaran uang tiket tersebut sudah termasuk asuransi jiwa.

Peta Jayagiri Lembang Bandung

peta jayagiri
peta wisata jayagiri lembang bandung
Demikianlah Info salah satu Wisata Alam Bandung yang populer dengan nama Jayagiri di Lembang Bandung.Jadi bagi anda pecinta alam terutama para kikers yang suka dengan tantangan wisata petualangan di dalam alam hutan pinus yang lebat,padat dan berhawa sangat sejuk,maka sudah sepantasnya anda mencoba pilihan terbaik dan tepat untuk melakukan itu semua,hanya diTempat Wisata Alam Di Lembang Bandung Jayagiri yang murah dan menarik tentunya.
sumber : http://tempatwisatadibandung.info/jayagiri-lembang-bandung/
 

Firdaamelia08 Template by Ipietoon Cute Blog Design