Rabu, 09 Desember 2015

Curug Cigangsa

Tujuan kita kali ini langsung menuju Curug Cigangsa yang letaknya masih tidak terlalu jauh dari Curug cikaso. Agak susah untuk menemui Curug Cigangsa ini karena tidak banyak papan petunjuk menuju Curug Cigangsa. Kami pun harus sering-sering bertanya kewarga sekitar. Selain itu lokasinya yang tersembunyi menambah keindahan Curug Cigangsa ini.

Curug Cigangsa
Nama lain Curug Cigangsa adalah Curug Luhur. Curug ini terdiri dari tiga tingkat dan diperkirakan terbentuk akibat gempa yang cukup kuat sehingga mengakibatkan longsor. Curug ini memiliki debit air yang kecil, hal ini dikarenakan di bagian hulunya dibendung untuk keperluan irigasi. Keunikan Curug Cigangsa adalah dinding batunya berwarna kehitaman sebagai landasan air mengalir. Disekitar lokasi ini terdapat sebuah batu. Batu ini oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan batu Masigit, atau Batu Masjid, barangkali karena bentuknya. Di Curug Cigangsa ini pengunjung dapat menikmati keindahan curug dari dua arah, yaitu dari atas dan bawah.

Nama Gangsa ini diambil dari nama orang Eyang Gangsa.
Selain itu juga tempat ini semasa penjajahan Belanda kerap kali dijadikan tempat persembunyian para pejuang. 


Tebing yang ada di bawah air terjun
Dari samping kita akan melihat pemandangan seperti ini 
We are temanjalan_id Holic



Terletak di Dusun Batusuhunan, Desa Surade, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabu, Propinsi Jawa Barat
Berjarak sekitar 110 Km kearah selatan kota Sukabum atau 1 km dari kecamatan Surade. Jika dari Curug Cikaso sekitar hanya 10 km dengan memakan waktu sekitar ± 30 menit dengan berjalan kaki. 
Curug Cigangsa dapat ditempuh melalui pertigaan tugu kota Surade. Untuk sampai ke lokasi, tidak ada tanda arah sama sekali.  Kendaraan berhenti dan diparkir di salah satu rumah warga.  Tiket masuk kecurug cigangsa ini hanya Rp 3.000/ orang loh, dan biaya parkir untuk satu kendaraan bermobil hanya Rp 12.000/kendaraan.
Kita harus berjalan menuruni tebing untuk sampai dibawah air terjun

Selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah menuju lokasi curug dengan waktu tempuh sekitar 10 menit sampai di bagian atas Curug Cigangsa.  Bila ingin menikmati keindahannya dari bawah tebing harus menuruni lereng yang cukup curam dengan kondisi jalan yang licin dan becek.  Waktu yang dibutuhkan untuk turun ke bawah sekitar 20 menit. setelah sampai di bawah Curug Cigangsa seketika itu pula rasa capek pun hilang karena pemandangan alam yang sangat indah dan menyejukan mata. waktu kami tidak banyak langsung saja ketika puas untuk berfoto-foto kami langsung bergegas karena masih ada satu tujuan kami selanjutnya yaitu pantai ujung genteng. 

sumber : http://indahfajarwatii.blogspot.co.id/2015/01/curug-cigangsa-sukabumi.html

Curug Citumang

Citumang Pangandaran
Citumang Pangandaran
Obyek wisata alam Citumang merupakan obyek wisata yang memiliki daya tarik khusus, yaitu sungai Citumang yang mengalir membelah hutan jati dengan airnya yang bening kebiruan. Tepian sungai yang terdiri dari ornamen batu-batu padas dengan relung dalam dihiasi relief alam dan aliran sungai yang menembus ke dalam goa. Keheningan alam akan Anda jumpai disini. Musik alami berupa gemercik air sungai, bisikan angin sepoi yang menyelinap di antara pepohonan dan suara satwahutan yang tak pernah sepi. Obyek wisata ini terletak di Desa Bojong Kecamatan Parigi Ciamis, berjarang lebihJalan menuju lokasi kurang 15 km dari Pangandaran ke arah barat. Atau sekitar 4 km dari jalan raya Pangandaran - Cijulang. Jarak seluruhnya dari kota Ciamis sekitar 95 km.

CitumangDapat dicapai dengan kendaraan umum jurusan Cijulang, dilanjutkan dengan kendaraan ojeg, disambung dengan jalan kaki menelusuri tepi sungai dan kebun pendudukan sepanjang 500 meter.

Sisi lain CitumangSetelah melewati pintu masuk, kurang lebih 300 meter perjalanan yang harus Anda tempuh menuju titik tujuan. Sambil berjalan menuruh lokasi, perlu Anda ketahui bahwa nama Citumang berasal dari legenda tentang seekor buaya buntung, Si Tumang. Begitu kuatnya kepercayaan penduduk akan kehadirna buaya buntung tersebut sehingga sampai sekarang meninggalkan nama yang melekat kuat menjadi nama sungai. Versi lain kisah Citumang, berasal dari Cai (Bhs. Sunda = air) yang numpang (cai numpang) yang berkaitan dengan adalah air sungai yang mengalir di bawah tanah. Kata cai numpang ini seiringAir yang bening menanti Andaperjalanan waktu lama-lama berubah menjadi Citumang.

Ketika Anda jumpai sungai yang rimbun dengan pohon di tiap sisinya, lanjutkan perjalanan Anda agak ke hulu, karena di sanalah bening dan sejuknya air dapat segera Anda nikmati.Tibalah kita di tempat tujuan. Aliran air yang mengalir menanti Anda untuk segera turun menikmati bening dan sejuknya air.

Pada kedalaman tertentu Anda dapat menikmatinya dengan mandi dan berenang. Lima ratus meter dari lokasi pamandian ke arah hulu, dijumpai pesona alam berupa aliran sungai Citumang yang masuk ke dalam perut bumi dan keluar lagi di arah hilir. Aliran sungai yang masuk ke dalam goa ini diberi nama Goa Taringgul yang kemudian diberikan nama baru sebagai Sanghyang Tikoro (Batara Tenggorokan).

Menikmati Citumang, tidak sekedar mandi dan berenang seperti yang selama ini banyak dilakukan wisatawan asing, tapi dapat AndaAir keluar dari Sanghyang Tikorolakukan kegiatan lainnya seperti: menikmati suasana sepanjang sungai, petualangan ke dalam goa dan menikmati privacy di tengah alam yang asli, sejuk dan eksotis.Citumang

Tips Ketika Berkunjung ke Citumah

Sekedar kontribusi mengenai salah satu tempat yang asik buat Hunting Foto di Pantai Selatan Jawa Barat. Adalah Citumang nama desa kecil yang terletak disebelah barat laut desa Pangandaran Kabupaten Ciamis. Bagi anda yang punya GPS, masukan koordinat ini untuk membimbing anda menuju lokasi Citumang, S 07˚ 38.674� E 108˚ 32.090�.

Rencanakan perjalanan anda 3H/2M agar acara hunting anda optimal dan tidak terlalu melelahkan. Waktu terbaik untuk menuju lokasi ini adalah musim kemarau, pada musim hujan biasanya langit selalu mendung, juga perjalanan ke lokasi yang basah dan licin.

Di Hari Pertama, arahkan kendaraan anda menuju ke Pangandaran yang tentu saja sudah tak asing lagi bagi anda. Berbagai jenis akomodasi bertebaran di saentero Pangandaran, saya rasa anda tidak akan kesulitan untuk mencari akomodasi ditempat ini.

Hari kedua, Berangkatlah pagi hari setelah sarapan pagi, jangan lupa bawa perbekalan untuk makan siang, karena di Citumang tidak ada Restaurant. Belilah juga air minum secukupnya, karena tidak ada warung di lokasi. Arahkan kendaraan anda kearah timur keluar kota Pangandaran menuju arah Parigi. Sekitar 15 km dari Pangandaran anda akan menjumpai petunjuk jalan kearah kanan yang menunjukan jalan ke Parigi. Harap diingat !, pelankan laju kendaraan anda setelah melewati SPBU, karena tanda penunjuk jalan dan jalan masuknya cukup kecil.

Memasuki jalan kecil menuju ke Citumang, anda bisa mencari objek-objek landscape dan human interest. Hamparan sawah, sungai, hutan, semuanya kumplit ada disini. Mau bikin foto refleksi air wah juga bisa, namun harus menunggu waktu sampai agak senja. Jalan kecil ini panjangnya kurang lebih 15 km, ditempuh kurang lebih 1 jam karena ada sebagian ruas jalannya agak buruk. Meskipun jalan ini agak buruk, kendaraan jenis Sedan masih bisa masuk meski agak riskan.

Setibanya di ujung jalan (buntu), parkirkan kendaraan anda, laporlah pada masyarakat setempat, berjalanlah kearah jembatan, bila anda belum pernah ke lokasi air terjun, sewa lah seorang guide untuk mengantarkan anda ke lokasi. Guide biasanya dibayar sukarela, tergantung kerelaan anda. Jarak jalan setapak dari lokasi parkir ke curug citumang kurang lebih 800m jalan kaki. Anda akan melintasi ladang, bukit2 kecil, untuk mencapai lokasi. Setibanya di airterjun, anda bisa renang, lompat indah dari akar-akar pohon yang tumbuh di langit-langit goa setinggi 5 meter. Air disini sangatlah segar, hati-hati batu-batunya agak licin. Setelah puas menikmati pemandangan citumang, jangan lupa lewat pantai barat bulak laut untuk mengabadikan sunset di pantai tsb.

Hari ketiga, Sempatkan makan di pasar ikan Pangandaran untuk hidangan seafood yang murah meriah sebelum pulang kembali ke kota anda.

sumber:  http://www.mypangandaran.com/wisata/detail/10/citumang-pangandaran.html

Tebing Citatah

Tebing Citatah merupakan sebuah kawasan tebing yang terletak di kawasan Citatah di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di 5 km Padalarang. Bila memasuki kota Bandung dari Cianjur, Bogor, Jakarta yang melewati Puncak atau Jonggol akan melewati kawasan ini. Dengan morphologi kawasan yang berbukit dan terbentuk sebagian besar dari kapur, sehingga Citatah terlihat berbeda dengan bukit – bukit pada umumnya. Citatah pernah menjadi bahan perbincangan di berbagai media lokal dan nasional, setelah KRBC ( Kelompok Riset Cekungan Bandung ) melakukan kajian terhadap kawasan ini. Sebagian penemuan KRBC yang fenomenal yaitu ditemukannya situs purba di Gua Pawon pada 9 Desember 2000 yang untuk pertama kalinya di Goa Pawon, Pasir Pawon, Kars Citatah, antara lain berupa alat–alat batu dan tulang, gerabah, sisa tulang, dan gigi binatang.[1]
Citatah adalah daerah pertambangan kapur yang sangat produktif. Pertambangan ini sudah berlangsung sejak pertengahan abad ke–19 dan terus berlangsung hingga kini. Tentu saja, dulu belum seaktif sekarang yang sudah menggunakan alat canggih dan dinamit untuk meledakkan bagian bukit yang mengandung gamping yang berdampak buruk terhadap kawasan Citatah sendiri. Citatah memiliki tiga tebing yaitu Tebing Citatah 48, Tebing Citatah 90 dan Tebing Citatah 125.

Tebing Citatah 48

Tebing Citatah 48 terletak di Jl. Pamucatan Raya, Bandung, Jawa Barat. Tebing ini merupakan tebing yang berada di bawah pengawasan Kopassus, sehingga apabila akan melakukan pemanjatan diperlukan ijin kepada Kopassus terlebih dahulu. Tebing ini memiliki ketinggian sekitar 40–50 meter sehingga di sebut tebing Citatah 48. Tebing ini memiliki nama resmi Gunung Manik tapi lebih sering disebut Citatah 48. Tebing ini memiliki jenis Batuan Karst atau kapur. Tebing ini memiliki sekitar 25 jalur pemanjatan dengan kesulitan yang berbeda.[2]
Tebing Citatah 48 memiliki ciri khas yang membedakan dengan tebing lainnya yaitu dengan terdapatnya sebuah tugu berbentuk pisau belati yang menancap tepat berada di puncak tebing. Tugu Pisau belati raksasa ini menjadi ciri khas yang sangat mencolok.[3] Untuk memakai tempat ini harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Pusat Pendidikan Latihan Pasukan Khusus atau Pusdipassus yang berada di Batu Jajar, Bandung Barat. Surat izin kegiatan harus diajukan jauh hari sebelumnya, kurang lebih sekitar 1 bulan karena akan melalui proses yang lama.[4] untuk ke Tebing Citatah 48, diperlukan perjalanan kurang lebih 15 menit dari Tebing Citatah 125.[5]

Tebing Citatah 90

Tebing Citatah 90 juga terletak di daerah Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Tebing ini memiliki jenis batuan karst atau kapur dengan ketinggian sekitar 90 meter dari permukaan tanah. Seperti tebing Citatah – 125 dan Citatah – 48, Tebing ini terletak di daerah sekitar pabrik penambangan batu karst. Tebing Citatah 90 memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibanding Tebing yang lain. Tebing yang memiliki nama resmi Gunung Pabeasa ini memiliki sekitar 4 – 5 jalur pemanjatan yang biasa dipakai[6] dan Tebing Citatah 90 memiliki permukaan yang cenderung rapuh[7]

Tebing Citatah 125

Tebing Citatah 125 terletak pada Gunung kapur yang tertinggi di daerah Citatah, yaitu Gunung Singgalang, yang memiliki ketinggian tebing 125 meter sehingga disebut Tebing Citatah 125. Kawasan Tebing Citatah 125 ini menjadi pusat pendidikan untuk sekolah panjat tebing yang ada di Bandung[8] maupun Jabodetabek. Lokasinya sangat mudah dijangkau, karena terletak tidak jauh dari jalan raya Bandung – Cianjur. Secara administrasi, tebing ini tepatnya berlokasi di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Sama seperti tebing lainnya di kawasan ini yang penamaannya diikuti dengan angka di belakangnya.[9]
Tebing Citatah 125 merupakan tebing dari Batuan Andesit dan Batuan Marmer, tingkat kesulitan dapat terbagi berdasar kelasnya, mulai dari tingkat normal sampai yang tersulit. Jalur pemanjatan banyak tesedia, sehingga bagi para pemanjat tinggal memilih jalur pemanjatan yang akan digunakannya, ada Jalur Hanoman dan Jalur Elang, kedua jalur ini memiliki karakteristik yang berbeda. Tebing Citatah 125 sering dijadikan tempat untuk latihan dari berbagai kalangan, mulai dari yang pemula sampai professional.[10] Tebing ini adalah tempat paling populer dibanding batuan tegak lain yang ada di kawasan Citatah karena karakteristik jalur pemanjatan tebing ini sangat beragam, sehingga sangat cocok untuk kegiatan pendidikan pengenalan panjat tebing.

Akses ke Lokasi

Untuk menuju ke lokasi Tebing Citatah yang terletak di daerah Padalarang, Bandung, tepatnya berada di belakang pabrik Multi Marmer Alam. Waktu yang tempuh dari jalan raya menuju tebing kurang lebih 6 menit. Apabila ditempuh dengan berjalan kaki, untuk pengguna mobil dapat memarkirkan mobilnya di dekat tebing. Di sekitar tebing banyak terdapat kebun pertanian penduduk setempat.
Bagi mereka yang hendak bermain menggunakan transportasi umum untuk ke Tebing Citatah, dari Jakarta dapat menggunakan dua jalur perjalanan, baik dari Ciawi ataupun dari Tol Cipularang yang baru dibangun. Biaya yang dikeluarkan untuk menuju lokasi cukup dengan membayar Rp. 20.000 – Rp. 25.000 perorang dari Terminal Kampung Rambutan yang melalui arah Ciawi, turun di depan Pabrik Multi Marmer Alam, dan dari arah Tol Cipularang cukup membayar Rp. 25.000 bisa naik dari Terminal Kampung Rambutan atau dari UKI. Namun, apabila naik dari UKI harus ditanyakan terlebih dahulu ke kernet bus, apakah nanti akan keluar tol Padalarang, karena kalau tidak akan lebih jauh lagi turunnya. Setelah keluar Tol Padalarang dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota yang menuju Raja Mandala turun di Pabrik Multi Marmer Alam cukup mambayar Rp. 2.000 – Rp. 2.500 perorang. Selama perjalanan, kita akan disuguhkan pemandangan yang indah baik yang melalui arah Ciawi atau pun dari Arah Tol Cipularang.[11]

 

sumber:  https://id.wikipedia.org/wiki/Tebing_Citatah

Kawah Putih

Kawah Putih adalah tempat wisata di Bandung yang paling terkenal. Berlokasi di Ciwidey, Jawa Barat, kurang lebih sekitar 50 KM arah selatan kota Bandung, Kawah Putih adalah sebuah danau yang terbentuk akibat dari letusan Gunung Patuha. Sesuai dengan namanya, tanah yang ada di kawasan ini berwarna putih akibat dari pencampuran unsur belerang. Selain tanahnya yang berwarna putih, air danau kawasan Kawah Putih juga mempunyai warna yang putih kehijauan dan dapat berubah warna sesuai dengan kadar belerang yang terkandung, suhu, dan cuaca.
Kawah Putih Ciwidey berada di kawasan pegunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, suhu udara di kawasan Kawah Putih tentu saja dingin dengan suhu 8 derajat Celsius sampai dengan 22 derajat Celsius, oleh karena itu jangan lupa membawa jaket atau memakai pakaian yang tebal.
Selain untuk dinikmati keindahannya oleh para wisatawan, Kawah Putih Ciwidey juga sering kali menjadi tempat kegiatan lain, misalnya pengambilan gambar film, melukis, foto pengantin, sampai dengan kegiatan mendaki dan berkuda.

Sejarah Kawah Putih

Kawah Putih
Kawah Putih
Cerita mengenai Kawah Putih bermula pada abad ke 10 di mana terjadi sebuah letusan hebat oleh Gunung Patuha. Setelah letusan ini, banyak orang beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati.
Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan mengenai angkernya tempat ini mulai pudar, sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli botani dengan kebangsaan Jerman datang ke kawasan ini untuk melakukan penelitian. Peneliti yang bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn tersebut sangat tertarik dengan kawasan pegunungan sunyi yang bahkan tidak ada burung yang terbang di atasnya sehingga ia berkeliling desa untuk mencari informasi. Pada saat itu, seluruh informasi yang ia dapatkan adalah bahwa kasawan tersebut angker dan dihuni oleh mahluk halus.
Bagi Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, pernyataan masyarakat setempat tersebut tidaklah masuk akal. Karena tidak percaya dengan cerita-cerita tersebut, ia pergi ke dalam hutan rimba untuk mencari tahu apa yang ada di sana. Singkat cerita, akhirnya Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berhasil mencapai puncak gunung, dan dari sana ia melihat keberadaan sebuah danau indah berwarna putih dengan bau belerang yang menyengat.
Sejak itu, keberadaan Kawah Putih Ciwidey menjadi terkenal dan mulai dari tahun 1987 pemerintah mengembangkan kawasan ini sebagai tempat wisata yang menawarkan pengalaman unik melihat danau yang dapat berubah warna.

Cara ke Kawah Putih

Kawah Putih Ciwidey
Kawah Putih Ciwidey
Kawah Putih yang beralamat di Jalan Raya Soreang Ciwidey KM 25 berlokasi tidak jauh dari tempat wisata Situ Patenggang dan dapat dicapai dengan mudah bila Anda membawa kendaraan pribadi karena terdapat banyak penunjuk jalan. Dari Jakarta, Anda hanya perlu menggunakan jalur tol Cipularang dan keluar melalui pintu tol Kopo. Dari sana Anda harus menuju ke Soreang dan berkendara ke bagian selatan Ciwidey.

sumber:  http://anekatempatwisata.com/wisata-bandung-kawah-putih-ciwidey/

Wisata Gua Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek

Sanghyang atau sangiang merupakan sebutan buat sungai dan gua yang dianggap suci untuk daerah setempat di sekitaran danau Saguling. Shangyang Tikoro berasal dari dua kata. Sanghyang artinya dewa. Tikoro dalam bahasa sunda adalah tenggorokan. Tenggorokan dewa yang dimaksud adalah Gua yang beraliran sungai bawah tanah. Gua Sanghyang Tikoro berbentuk goa karts setinggi sekitar 2,5 m dengan lebar sekitar 10 meter. Untuk sampai kesini, wargi bandung harus ke Bandung Bagian Barat. Lokasinya terletak diantara kecamatan rajamandala dan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Sanghyang tikoro bersebelahan dengan PLTA Saguling sekitar 17km dari pusat bendungan dan ada diwilayah turbin terakhir.
sanghyang poek 4

Asal muasal Sanghyang Tikoro ada beberapa versi. Menurut ilmiah, sanghyang tikoro terbentuk akibat meletusnya Gunung Sunda. Letusannya yang besar membuat seluruh gunung hancur. Letusannya membuat lubang-lubang lekukan dan lahar panasnya menyebabkan sungai di daerah Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar dingin. Lahar dingin itu lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang dulu disebut Talaga Bandung. Sedangkan tanah di Padalarang dan Cililin mengandung kapur. Sedikit demi sedikit terkikis dan membentuk lubang aliran yang disebut sanghyang tikoro.
sanghyang tikoro 3
Belum banyak wisatawan yang dateng kesini karna memang agak tersembunyi. Belum ada petunjuk khusus untuk bisa sampai ke tempat ini. Untuk patokan, setelha belok ke pintu gerbang waduk saguling dari jalan raya Bandung-Cianjur sekitar satu kilometer. Wargi Bandung bakal akan menemukan papan bertuliskan “Power House”. Wargi Bandung ikuti arah kanan dan akan menemukan bangunan besar pembangkit listrik yang Power House tadi. Sanghyang tikoro tepat berada disebelah Power House.
sanghyang tikoro 4
Welcome to Sanghyang Tikoro! Cuma disini Wargi Bandung bisa merasakan melihat langsung sungai bawah tanah Sanghyang Tikoro. Disini wargi bandung bisa menikmati aliran sungai. Aliran sungai disini akan bermuara ke “Gua Misteri”. Gak pernah ada yang tau pasti, aliran sungai yang masuk ke “Gua Misteri” ini arahnya kemana. Mitosnya, kalau Wargi Bandung memasukan barang apapun bahkan sebatang lidi kedalam aliran sungai, maka bakal terdengar rintihan. Tapi mungkin mitos ini mengandung makna supaya manusia jangan membuang apapun kesungai bahkan sebatang lidi pun. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan nenek moyang kita ya Wargi Bandung. Percaya atau engga dengan mitosnya. Wargi Bandung dateng sendiri kesini ya!
Satu lagi wisata gua yang wajib dikunjungi setelah Sanghyang Tikoro, Wargi Bandung wajib ke Sanghyang Poek. Dibelakang Sanghyang Tikoro ada gua artistik yang dinamai Sanghyang Poek. Untuk sampai ke Sanghyang poek dari sanghyang tikoro cuma sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki. Gak akan ada arah penunjuk disini untuk bisa sampai ke Sanghyang Tikoro. Wargi Bandung Cuma harus menyusuri sungai dengan arah berlawanan dengan aliran sungai.
sanghyang poek 2
Wargi bandung pertama akan menemukan Pipa raksasa. Ditemani aliran sungai yang semakin lama semakin tenang dan akan banyak batu yang ditemukan. Airnya juga lebihi jernih disbanding sanghyang tikoro. Hal ini dikarenakan aliran sungai Sanghyang Tikoro telah bercampur air buangan dari Power House. Setelah sekitar 1km berjalan kaki menyisiri sungai, Wargi Bandung akan menemukan Gua. Gua ini memiliki ukuran landscape miring atau diagonal. Jadi Wargi Bandung harus bermiring ria kalau masuk ke gua ini. Setelah masuk ke mulut gua, akan ada 3 lorong, lorong yang berada di tengah lah nantinya menuju Sanghyang Poek. Bila Wargi Bandung masuk kedalam, Wargi Bandung bisa merasakan tetesan air langsung dari dinding gua dan basah oleh genangan air ditambah sensasi gelap didalam gua. Diujung gua yang gelap, Wargi Bandung akan melihatsumber cahaya dimana waktu wargi bandung keluar mulut gua akan ketemu ujunggua yang landscape.
sanghyang poek 4
Perjuangannya emang agak sulit untuk sampai kesini. Tapi buat kamu yang suka tantangan? Wajib rasakan nikmati memasuki lorong gua yang relative sempit, gelap dan rasakan sensasi keluar menuju sumber cahaya dan berakhir pada sungai yang jernih berdampingan dengan batu-batuan yang cukup banyak. Gemericik air yang jernih ditambah udara sejuk dan yang pasti masih terjaga sekali kealamiannya karna belum terjamah oleh banyak wisatawan. Udah tau kan weekend ini mau travelling kemana? Yuk coba wisata gua disini!

sumber:  http://www.infobdg.com/v2/wisata-gua-sanghyang-tikoro-dan-sanghyang-poek/

Sanghyang Heuleut, Primadona Baru Wisata Bandung Barat

Sanghyang Heuleut, Primadona Baru Wisata Bandung Barat
Sejumlah wisatawan berfoto di bawah air terjun Curug Cinulang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, 26 Juli 2015. Ribuan wisatawan dari berbagai daerah berkunjung ke curug dengan air terjun kembar saat menikmati akhir libur lebaran. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Objek wisata alam Sanghyang Heuleut kian banyak diminati oleh wisatawan lokal, suasana yang asri dan sejuk ditambah dengan keunikan batuan besar diantara aliran sungai berwarna hijau, menabah pesona keindahan sejauh mata memandang. Terletak di Kecamatan Rajamandala Kabupaten Bandung Barat, lokasi ini dapat ditempuh dengan waktu 2 jam dari pusat kota Bandung.

"Sebenarnya dari dulu lokasi ini sudah ada, tapi tidak banyak yang datang. Hanya warga setempat saja, batu sekitar 2 bulan ini ramai karena ada pengunjung yang memposting fotonya di Instagram, baru banyak yang penasaran," ujar Hedi salah seorang porter Sanghyang Heuleut, jumat 6 November 2015

Banyaknya pengunjung membuat warga setempat membuka jasa antar atau porter menuju lokasi, perjalanan yang melewati hutan, perbukitan dan juga sungai tak jarang membuat para pengunjung tersesat jika tidak teliti dengan jalan yang dipilih.

Semua pengunjung dianjurkan menggunakan jasa porter yang ada, dengan membayar Rp 15 ribu untuk setiap pengunjung, para porter akan memandu perjalanan dengan rute yang sudah aman dan lebih mudah. Dengan berjalan kaki selama 45 menit maka sampailah kita dilokasi yang dituju.

"Jalannya sudah pake yang enak, tidak susah, jadi untuk yang tidak terlalu suka hiking pun bisa melewatinya. Kalo lewat jalan lain resikonya agak besar, lewat sungai kan licin takutnya da yang terpeleset atau gimana kalau tidak sama porter gak ada yang bisa nolong," ujar Hedi

Bebatuan besar dengan air berwarna hijau diantara tebing memang memanjakan sejauh mata memandang. Para pengunjung juga bisa menjajal adrenalin dengan melompat bebas dan terjung kesungai yang memiliki kedalaman 5 hingga 8 meter. Untuk pengunjung yang hanya ingin bermain air bisa menjajal di sela-sela bebatuan yang mengalirkan air.

"Baru pertama kali dan tempatnya keren banget, berasa bukan di Jawa Barat deh pokonya. Perjalanannya emang capek tapi kebayar deh dengan keindahan yang ada di depan mata" ujar Via Tri, salah satu pengunjung wisata

Selain Sanghyang Heuleut, kita juga dapat menikmati keindahan Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro. Rute memutar saat kembali menuju tempat parkir memang lebih lama, namun pengunjung bisa mendatangi semua objek wisata yang tersedia. "Pulangnya lumayan jauh, kalo pergi mungkin sekitar sejam, pulangnya sejm setengah ada sih, dan nanjak banget. Tapi keren juga soalnya kita ke sanghyang lainnya juga. Sekalian pulang sekalian ketempat baru," ujar Prima

sumber:  http://travel.tempo.co/read/news/2015/11/07/204716731/sanghyang-heuleut-primadona-baru-wisata-bandung-barat
 

Firdaamelia08 Template by Ipietoon Cute Blog Design